liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
Cocol88
Cocol88
Bosswin168
Bosswin168
Bosswin168
Bosswin168
Bosswin168
Bosswin168
Bosswin168
Bosswin168
Bosswin168
Bosswin168
Bosswin168
Bosswin168
Bosswin168
Bosswin168
Bosswin168
https://www.thestdavidshotel.com/

Dirut BRI Beberkan 6 Faktor Penentu Keberlanjutan Industri Perbankan Indonesia

Direktur Utama BRI, Sunarso

Minggu, 29 Januari 2023 – 10:20 WIB

VIVA – Dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDP) dengan Komisi XI DPR RI Jakarta, Selasa (24/1), Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Sunarso mengatakan ada beberapa hal yang akan berdampak pada negara. industri perbankan di masa mendatang. Mulai dari bonus demografi, praktik LST hingga keberadaan financial technology (fintech).
Dijelaskan Sunarso, pertama bonus demografi penduduk, “Jadi tren jumlah penduduk usia produktif akan meningkat menjadi 64% pada tahun 2030, ini tentu sesuatu yang positif,” imbuhnya.

Kemudian yang kedua adalah perubahan perilaku nasabah sehingga transaksi pembayaran digital meningkat lebih dari 30% sementara transaksi tunai kini turun menjadi hanya 10% dan yang ketiga adalah penerapan praktik keuangan berkelanjutan Environmental, Social & Governance (ESG).

“Kekhawatiran investor terhadap aspek LST mempengaruhi perubahan tata kelola dan bisnis perbankan,” tambah Sunarso.

Selanjutnya, yang keempat adalah lingkungan suku bunga yang rendah, tren penurunan imbal hasil kredit berdampak pada Net Interest Margin yang semakin tertekan.

“Kalau kita lihat tahun 2020, NIM bisa naik 10%, tapi tahun 2022 baru sekitar 6%, jadi menurut saya perbankan masih didorong untuk memperluas fungsi intermediasinya karena dalam presentasi itu NIM semakin kecil. Kalau mau dibuat untung besar, harus cari pelanggan sebanyak-banyaknya, itu gambarannya,” jelas Sunarso.

Kemudian kelima penggunaan data dan teknologi semakin dominan, kemudian penggunaan data analitik untuk mempercepat proses bisnis penjaminan kredit dan pemasaran. Dan terakhir, yang keenam adalah kompetisi dengan fintech.

“Sehingga persaingan semakin ketat seiring dengan hadirnya pemain non bank seperti Fintech dengan berbagai dinamikanya,” pungkasnya.