Kamis, 2 Februari 2023 – 18:11 WIB
VIVA – Saat perekonomian Indonesia pulih pascapandemi, Bea dan Cukai semakin giat bersinergi dengan instansi terkait dalam mendukung ekspor daerah. Sinergi tersebut diwujudkan melalui pertemuan dengan pemerintah daerah dan atase keuangan KBRI Tokyo untuk membahas upaya yang perlu dilakukan pada tahun 2023, dalam hal peningkatan ekspor.
Salah satu unit vertikal Bea dan Cukai yang aktif mendukung ekspor daerah melalui sinergi dengan instansi terkait lainnya adalah Bea Cukai Gresik. Bersama Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lamongan, di awal tahun 2023, Bea Cukai Gresik melaksanakan Sosialisasi dan Koordinasi Program Kerja Klinik Ekspor Bea Cukai Gresik Tahun 2023 di Ruang Rapat Disperindag Kabupaten Lamongan, pada tanggal 17 Januari 2023 .
“Kami memperkenalkan Klinik Ekspor Bea Cukai Gresik yang merupakan program pendampingan bagi UKM agar dapat melakukan ekspor mandiri. Pendampingan ini dimulai dari pendampingan, produksi NIB ekspor, pemasangan modul ekspor, pencarian pangsa pasar baru dan realisasi ekspor mandiri,” kata Kepala Kantor Bea Cukai Gresik, Wahjudi Adrijanto, Kamis (02/02).
Diskusi yang menghadirkan sepuluh unit UMKM di Kabupaten Lamongan ini dilanjutkan dengan pertemuan selanjutnya yaitu pelaksanaan business matching dengan calon donatur dari Jepang pada 18 Januari 2023. Wahjudi mengatakan pertemuan kedua dihadiri oleh Atase Keuangan KBRI di Tokyo yang mewakili Dubes RI untuk Jepang, buyer dari Jepang, Disperindag Gresik, Diskoperindag Gresik, serta UKM di Gresik dan Lamongan.
“Acara ini juga menampilkan pelaku UKM di bidang woodpellet yakni PT Multi Indowood dan PT Kaliandra Merah Nusantara yang diharapkan mampu membuka segmen pasar baru di luar negeri. Hal ini juga sejalan dengan arahan Bupati Lamongan yang menargetkan minimal sepuluh UKM Lamongan bisa ekspor mandiri pada tahun 2023,” tambah Wahjudi.
Menurut Wahjudi, kegiatan business matching ini akan memudahkan dua pihak, pelaku UKM dan calon pembeli, untuk menemukan kecocokan produk dan harga UKM yang diinginkan. Matching tidak hanya diperlukan dalam bentuk transaksi, tetapi juga dapat berarti minat pembeli terhadap produk UMKM yang ditawarkan. Padahal, saat ini buyer Jepang membutuhkan banyak wood pellet untuk power plan dan menjadi tantangan bagi industri wood pellet dan Lamongan untuk bisa mendatangkan bulk carrier dengan kapasitas sekitar 20.000 ton.
Tidak hanya diisi dengan rapat koordinasi antara Bea Cukai dengan atase keuangan KBRI Tokyo, pada kesempatan ini pengunjung juga dapat mencoba produk UMKM Lamongan dan UMKM Muslimat NU Lamongan.
Halaman selanjutnya
“Sejalan dengan isu inklusi keuangan dan digitalisasi UKM yang menjadi salah satu agenda prioritas sektor keuangan dalam isu strategis pemerintah saat ini, diharapkan kita semua bisa berhubungan dengan UKM karena mereka penyumbang PDB terbesar yaitu 61 %. Kegiatan Business Matching ini diharapkan dapat membuka pembeli terpercaya bagi industri dalam negeri dan membantu membuka segmen pasar baru bagi UKM,” pungkas Wahjudi.